Bangsa Tionghoa terkenal dengan kerja
keras dan keuletan mereka dalam menggapai mimpi. Nama-nama seperti Mari
Pangestu, Bob Sadino, Agnes Monica, Richard Oh dan Angelique Wijaya,
pasti tak asing lagi di telinga Anda. Mereka hanya contoh kecil tokoh
Indonesia keturunan Tionghoa yang mengukir prestasi cemerlang di bidang
karir masing-masing. Mereka sekaligus membuktikan, warga Tionghoa tidak
hanya bisa sukses sebagai pegadang. Etos kerja dan semangat juang tinggi
(meski terkadang juga bisa dinilai sangat ambisius) adalah modal
mereka. Melengkapi artikel sebelumnya tentang Tips Meniru Rahasia Sukse
Orang China, berikut ini adalah 7 Prinsip (Kumpulan etos kerja hebat dan
pantas ditiru) yang dipegang teguh orang Tionghoa dalam mengejar
kesuksesan hidup:
1. Tak Takut Bermimpi.
Meniti karir dari posisi paling bawah sekalipun, orang Tionghoa tidak
gengsi. “Sebab, walau masih berada di bawah, mereka tidak takut bermimpi
meraih jabatan paling tinggi, Misalnya, ketika menjadi seorang loper
Koran, ia akan bermimpi memiliki sebuah penerbitan Koran,” ujar Drs.
Sidharta Wirahadikusuma, M.Ed, Pengajar Jurusan Bahasa & Sastra
Mandarin di Universitas Kristen Indonesia (UKI) dan Ketua Konsorsium
Daerah Bahasa Mandarin Dikmenti DKI Jakarta. Dengan menggenggam impian
setinggi langit ini, disadari atau tidak, Anda pun akan berusaha mencari
jalan dan menyusun strategi untuk mencapainya. “Orang Tionghoa amat
percaya bahwa roda kehidupan itu selalu berputar. Suatu saat berada di
bawah, namun di lain waktu pasti akan berhasil mencapai posisi puncak,”
imbuh Sidharta.
2. Bekerja dan Bekerja.
Bekerja dan menghasilkan suatu karya adalah salah satu cara untuk
membuktikan kepada dunia tentang keberadaan diri Anda. Orang Tionghoa
memegang hal ini sebagai pedoman hidup. “Ibaratnya, apabila tidak
bekerja atau pun tidak melakukan sesuatu yang berguna bagi diri sendiri,
keluarga dan orang lain, apa gunanya hidup.” Ujar Sidharta. Waktu dan
kesempatan adalah suatu kemewahan yang pantang disia-siakan oleh orang
Tionghoa. JIka memakai filosofi ini dalam berkarir, maka itu berarti
jangan selalu menakar tugas hanya dengan kepuasan materi. Sebab dengan
menghasilkan karya yang baik, Anda pun sudah memperoleh kepuasan pribadi
dan makin menguasai bidang pekerjaan yang Anda tekuni saat ini. Jangan
lupa bahwa pembuktian diri berupa karya yang baik juga bisa menjadi
ajang promosi diri. Bukan hanya pembuktian diri di perusahaan temapt
Anda bekerja, namun juga akan sampai ke perusahaan tetangga.
3. Berpikir Untuk 3
Keturunan. Menurut falsafah Konghucu, bangsa Tionghoa selalu berpikir
untuk 3 keturunan sekaligus, yaitu untuk dirinya, anak dan cucunya.
Contohnya bila ia memiliki uang Rp50.000, maka ia tidak akan menggunakan
seluruhnya untuk kepentingan pribadi, melainkan hanya sekitar Rp15.000
saja. Sisanya akan disimpan untuk keperluan anak dan cucu. Dengan
bersikap hemat, mereka bisa mengantisipasi berbagaia masalah yang
mungkin timbul di kemudian hari.
4. Tak Pernah Menyerah.
Setiap orang pasti menemukan rintangan dalam hidup. Namun, setiap rang
juga memiliki cara berbeda dalam menyikapinya. Orang Tionghoa percaya,
setiap rintangan dalam kehidupan ini akan membawa dirinya pada kondisi
yang lebih baik. Ibarat ujian kenaikan pangkat, kalau berhasil dilewati
maka akan memperoleh ganjaran (hasil) yang lebih besar. Ada pepatah
klasik yang sejalan denganhal ini yaitu, kehidupan seseorang hendaknya
seperti “ikan mas yang berhasil melompati jembatan naga”. Di Jepang dan
Cina, ikan mas adalah lambangn kekayaan dan kesejahteraan. Di sungai
mereka berenang menentang arus dari hilir ke hulu, untuk menangkap
makanan. Walau sesekal terbawa arus, mereka berenang kembali menuju arah
semula. Untuk menangkal kuatnya arus, ikan mas berenang menepi.
“Pelajaran yang bisa ditarik adalah setiap orang harus mau berusaha
untuk mencapai sesuatu. Kalau menemukan masalah, jangan lekas menyerah
dan berusahalah mencari solusinya. Kemudian, maju lagi menuju tujuan
semula,” ujar Sidharta.
5. Menguasai Bisnis Dari
Hulu ke Hilir. Dalam buku “Resep Kaya Ala Tionghoa” karya Lie Charlie,
agar lebih hemat, seorang pengusaha Tionghoa akan berusaha memangkas
biaya produksi dengan cara menangani sendiri keseluruhan proses
produksinya. Misalnya, seorang pengusaha mie instan akan membuat sendiri
semua bahan baku mie. Tepung terigu, bumbu-bumbu bawang, cabai, atau
tmat diusahakan dibuat sendiri atau dengan menggandeng pemasok yang
sudah dikenal, sehingga bisa member nya harga ‘miring’. Jadi selain
berkonsentrasi pada bisnis hilir, pengusaha Tionghoa juga akan
mengembangkan bisnis di hulu untuk mendukung keseluruhan usahanya. Meski
cara yang biasa ditempuh pengusaha Tionghoa ini secara ilmu ekonomi
bisa berbahaya karena rawan tindak monopoli, Anda bisa mengambil sisi
positifnya. Misalnya, sebagai pegawai, Anda juga bisa menerapkan tips
ini dengan cara mengenal dan (kalau bisa) mengusai seluruh pekerjaan
yang berkaitan dengan posisi Anda di kantor. Misalnya, sebagai seorang
staf marketing suatu perusahaan penerbitan, Anda juga perlu mengetahui
proses pembuatan naskah, layout, hingga pemasarannya. Bekali pula diri
Anda dengan ilmu-ilmu yang bermanfaat dari pelbagai sumber. Bukankah
Anda punya cita-cita pada suatu saat nanti akan memiliki sebuah
perusahaan penerbitan sendiri?
6. Memberi Service
Terbaik. Memelihara reputasi adalah poin penting yang harus dipegang
setiap orang. Sebab Anda sendiri akan enggan memiliki hubungan dengan
seseorang yang tidak dapat dipercaya bukan? Dalam karir, menjaga
reputasi dan nama baik bisa dilakukan dengan cara: selalu menepati
janji, menaati tenggat pekerjaan serta selalu menampilkan kesan baik di
mata setiap orang yang berhubungan dengan Anda. Terkait denga hal ini,
dalam kebudayaan Tionghoa, ada pepatah yang berbunyi “Jika tidak pandai
tersenyum, janganlah membuka toko.” Kira-kira maksudnya adalah dalam
berkarir ataupun berbisnis, kemampuan kerja seseorang bukanlah hal utama
yang dijadikan penilaian, faktor yang tak kalah penting adalah
menyangkut kemampuan membawa diri dan kesediaan untuk memberika
pelayanan yang terbaik setiap kali mengerjakan sesuatu.
7. Memelihara Relasi.
Orang Tionghoa amat mementingkan kekerabatan dan relasi. Mereka percaya
bahwa tidak ada orang yang memapu hidup sendiri tanp bantuan orang lain.
Dengan memiliki relasi, peluang bisnis terbuka lebar. Bagi pengusaha
Tionghoa, pelanggan juga termasuk relasi yang harus dijaga dengan baik.
Bahkan demi mendapatkan pelanggan setia, mereka tidak akan segan untuk
merugi di awal. Pepatah mereka mengatakan, “walau berisik dan membuang
kotoran di mana-mana, seseorang tidak boleh menyembelih seekor angsa
bertelur emas” Jadi, ibarat memelihara seekor angsa bertelur emas, maka
seorang pengusaha wajib menjaga hubungan baik dengan pelanggannya,
walaupun pelanggannya seringkali merepotkan. Dalam berkarir, Anda pun
harus menjaga hubungan baik dengan rekan kerja, atasan, bawahan serta
klien. Dengan menjaga hubungan yang dimiliki, niscaya kebahagiaan dan
kesuksesan tidak akan berada jauh dari tempat Anda berdir saat ini.
WARNING :
- Jangan Lupa Tinggalkan Komentar Anda, Komentar Anda sangat berguna demi kelangsungan Blog saya
- Do not Forget Leave Your Comment Your comments are very useful for the survival of my Blog